🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

Jacob Ereste : *Esoterika Forum Spiritualitas Resah Akan Punah Agama Asli Nusantara*

Swara Ham Indonesia News, Com

Sifat dan sikap religius suku bangsa nusantara sungguh menandai keragaman dari kekayaan yang dimiliki dan langgeng sampai sekarang, meski terkesan tidak berkembang sebagaimana agama langit yang datang kemudian sejak beberapa abad silam yang lebih mendapat tempat di hati warga masyarakat. Sejumlah daftar agama kuno asli Nusantara tercatat diantaranya Adat Musi (Suku Talaud, Sulawesi Utara), Adat Papua (Suku Asmat, Papua), Aluk Todolo (Suku Toraja, Sulawesi Selatan), Arat Sabulungan (Suku Mentawai Sub suku Sakuddel, Sumatra Barat), Bungan Suku Dayak Kenyah dan Dayak Kayan), Buhun (Suku Sunda), Fanomba Adu (Suku Nias, Sumatra Utara), Halaika (Suku Boti), Hindu Bali (Suku Bali), Hindu Jawa/Budha Tengger (Suku Jawa, khususnya Suku Tengger), Jingi Tiu (Suku Sabu, Nusa Tenggara Timur), Kaharingan (Suku Dayak, Kalimantan Tengah), Kejawen (Suku Jawa), Kuda Kurin Suku Lamaholot, Nusa Tenggara Timur), Lamoa (Suku Pamona, Sukawesi Tengah), Merapu (Suku Sumba, Nusa Tenggara Timur), Masade (Suku Sangir, Sulawesi Utara), Momolianisme (Suku Dayak Kadasandusun, Sabah, Malaysia Timur), Naurus (Suku Manusela, Maluku), Pamena (Suku Batak Karo, Sunatra Utara), Sunda Wiwitan (Suku Sunda, Urang Kanekes), Tolotang (Suku Bugis, Sulawesi Selatan), Tonaas Walian (Suku Minahasa, Sulawesi Utara), Ugamo Malim (Suku Batak Toba, Sumatra Utara), Wetu Telu (Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat) dan Wor (Suku Biak, Papua).


Dari keragaman agama asli suku bangsa nusantara ini jelas mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia asli yang berasal dari berbagai suku bangsa Nusantara sangat religius, karena sudah memiliki agama sebelum agama Samawi datang ke Nusantara hingga kini dominan memeluk Islam, Kristen dan Hindu Serta Budha serta Kong Hu Cu yang baru diakui beberapa waktu kemudian.

Agama yang resmi ada di Indonesi adalah Islam, Kristen (Protestan), Katolik (Kristen Katolik), Hindu, Budha. Data dari Kementerian Dalam Negeri hingga akhir tahun 2023 mencatat jumlah pemeluk Islam 244,41 juta atau 87,1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Kristen 10,55 persen, Hindu 1,71 persen dan Budha 0,74 persen. Sedangkan Konghucu 0,05 persen dan agama lainnya ada 0,03 persen dari total penduduk Indonesia. Sedangkan agama lain yang ada di dunia  seperti yang tercatat di laman Britanica diantaranya adalah Sikhisme, Yahudi, Taoisme, Muisme,  dan Cao Dai serta Shinto.

Dari berbagai kisah, sebelum Nusantara dihuni oleh suku bangsa Austronesia (berkulit coklat)  bangsa proto Melanesia (berkulit hitam) sudah menganut kepercayaan monoteistik yang kini dikenal dengan sebutan Kapitayan. Beberapa diantara agama asli nusantara yang masih hidup yang sinkritisme hingga Hindu Bali, Kejawen serta Masade (Islam Tua) maupun Syamanisme Melayu dan Kepercayaan Kaum Abangan, tetap ada meski penganutnya semakin berkurang.

Agaknya, atas dasar kegusaran akan punahnya agama asli leluhur suku bangsa nusantara inilah, Esoterika Forum Spirituslitas bekerja sama dengan Majlis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Infonesia (MLKI) dan Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANTBI) merasa perlu untuk mendiskusikannya secara terbuka tentang "Masa Depan Agama Leluhur di Indonesia" pad hari Sabtu, 7 Desember 2024 pukul 09.30 sampai selesai fo Auditorium Garuda, Balai Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jl. Wijaya No. 45, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Nara sumber yang yang akan ikut membedah agama leluhur yang dapat menjadi cermin dari kearifan lokal dan spiritualitas suku bangsa nusantara yang telah bersatu menjadi Indonesia sejak bangsa dan negara Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, memiliki peran dalam memperkuat identitas budaya kita.

Sementara ancaman kepunahan agama asli para leluhur kita itu, terhimpit dalam arus modernisasi dan globalisasi untuk tetap relevan dijaga keberadaannya dalam perubahan yang sedemikian cepat dengan migrasi penduduk dan masuknya budaya asing dengan gelombang global yang cenderung menggusur nilai-nilai tradisi yang dianggap usang. Begitulah stigma kuno yang menjadi alasan untuk menepikan keyakinan dari kepercayaan yang telah dianggap  primitif itu patut mendapat perhatian dari semua pihak yang merasa perlu dan berkepentingan untuk menjaga dan melestarikan warisan leluhur dari masa lalu itu.

Kesadaran terhadap pentingnya keberagaman -- seperti yang tergambar dari banyaknya agama lokal yang dimiliki oleh suku bangsa nusantara ketika itu-- merupakan bagian dari budaya dan dimensi spiritual yang perlu diserap saripatinya guna mempertangguh pertahanan dan ketahanan budaya bangsa menghadapi benturan peradaban yang hanya mungkin dapat dijinakkan melalui nilai-nilai keagamaan yang kuat.

Budhy Munawar Rachman, Nia Syarifudin, Engkus Ruswana dan Elza Peldi Taher bersama Denny JA akan menghantar dan menjadi nara sumber pemapar soal kecemasan dan cara mengatasi ancaman kepunahan agama asli leluhur kita itu, agar diselamatkan tidak sampai sirna dari muka bumi. Setidaknya, dari agama asli warisan para leluhur yang adiluhung itu, dapat dijadikan sandingan untuk mendekatkan diri kepada alam, dengan sesama manusia hingga dapat selalu bercengkrama bersama Tuhan sebagai pencipta dan pemberi anugrah yang tiada tara bagi manusia dan alam. 

Banten, 1 Desember 2024

Posting Komentar untuk "Jacob Ereste : *Esoterika Forum Spiritualitas Resah Akan Punah Agama Asli Nusantara*"