PERTARUNGAN KERAJAAN BISNIS DENGAN KERAJAAN POLITIK
Swara Ham Indonesia News,Com
Akibatnya, budaya dan agama semakin tertinggal -- atau ditinggalkan -- karena sudah dianggap usang dalam artian tidak akan memberi banyak manfaat hidup di dunia, kecuali dalam dimensi spiritual yang dinggap sangat jauh tertinggal dibelakang gairah material -- kapital -- yang ditopang sepenuhnya oleh paham neo-liberal. Maka itu kesenian sebagai sub bagian dari upaya pelembut jiwa manusia semakin rentan ditinggal di gedung kesenian atau pun museum dan rumah-rumah adat yang kusam. Sebab untuk memenuhi kebutuhan hiburan tidak lagi menumpang pada pementasan kesenian yang memiliki ruh atau jiwa yang mampu membangkitkan dialog batin bagi penikmatnya.
Semua kebutuhan jiwa itu sekarang bisa dibeli dalam bentuk instan, saat dibutuhkan. Selebihnya adalah waktu untuk mencetak uang lewat usaha bisnis atau politis yang sudah dibangun dalam bentuk kerajaan dengan struktur dinasty yang telah dimodifikasi sedemikian rupa hingga terkesan modern, populis, demokratis atau mengesankan cita rasa budaya tertinggi dalam peradaban yang paling terdepan.
Agaknya begitulah fenomena paling terdepan dari peradaban manusia hari ini yang tersuruk dalam kompetisi membangun kerajaan bisnis dan kerajaan politis yang terstruktur dalam tampilan seni arsitektur dinasty yang berbasis egosentrisitas yang kemaruk dan tamak.
Banten, 13 Agustus 2024
Posting Komentar untuk "PERTARUNGAN KERAJAAN BISNIS DENGAN KERAJAAN POLITIK"