🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

Jacob Ereste : *Memaknai Hidup dan Kehidupan Sebelum Mati*

Swara Ham Indonesia News, Com

Setelah dia yakin tidak lama lagi dia akan mati, maka sejak saat itu dia segera mengambil keputusan untuk membagi-bagikan harta kekayaannya yang memang tidak cukup banyak. Tetapi dia yakin bisa menghidupi sejumlah keluarga miskin yang sangat memerlukan sekedar untuk usaha menyambung hidup dengan mencukupi keperluan keluarga dari sejumlah orang yang telah lama dia saksikan hidup mereka itu cukup susah.

Beberapa diantaranya adalah keluarga miskin dengan tiga orang anaknya yang dia nilai begitu gigih berjuang untuk hidup, meski tetap dalam takaran yang pas-pasan saja. Termasuk ketika keluarga miskin itu menghadapi waktu ajaran baru guna membiayai sekolah anak-anak mereka.

Karena itu, keluarga miskin seperti itu yang menjadi pilihan utama untuk dia beri modal usaha, seperti apa saja sesuai dengan minat dan kemampuan kepala rumah tangga yang dia pilih untuk menerima dana hibah sebagai ekspresi dari rasa syukur sekaligus untuk menebus sejumlah kesalahan yang telah dia perbuat selama hidup untuk kepada siapa saja.

Pilihan sikapnya yang telah menyalurkan sejumlah dana sesuai dengan kriteria dan penilaian dirinya itu memang tidak pernah dia harapkan untuk menjadi pembicaraan yang menghebohkan di kampung manapun tempat dia menyalurkan dana hibah itu dengan pesan yang paling sederhana dari dirinya, agar dana yang dia berikan secara cuma-cuma itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memenuhi keperluan keluarga. 

Dia pun berpesan, selama dana hibah yang dia berikan itu sudah diupayakan tata kelolanya sebaik mungkin, baginya pun tidak masalah kalau saja dana hibah yang dia bagi-bagikan itu jadi habis karena untuk membiayai keperluan keluarga mereka masing-masing.

Alhamdulillah, nyaris tak ada satu pun diantara keluarga miskin yang menerima hibah dana segar darinya menjadi sia-sia. Tak sedikit diantaranya yang sukses dan berhasil seperti Ibu Mi'ah yang membuka warung makan dengan menu yang lengkap serta harga yang murah meriah. Karena itu dia merasa puas dan bangga melihat sejumlah keluarga miskin yang telah menerima dana hibah darinya bisa dan mampu mengembangkan usaha seperti yang mereka ungkapkan ketika wawancara informal saat awal penjajahan dari dirinya dalam upaya mendata dan mendengar pendapat serta usulan dari pihak keluarga miskin itu jika bisa memiliki modal usaha yang ingin mereka kembangkan.

Pak Suta bersama istrinya yang ingin membuka usaha berkebun sayur-sayuran pun sungguh sukses hanya dengan memperoleh modal bantuan untuk menyewa lahan seluas dua hektar selama satu tahun. Hingga saat panen pertama dari kebun sayur-sayuran itu, Pak Suta dan istrinya ingin mengembalikan uang pemberian itu, meski dengan cara diangsur sekitar 15 persen dari jumlah yang telah dia terima dahulu itu. Tapi sang tokoh yang enggan disebut namanya ini menolak dengan sangat halus dan bijak. Katanya, kalau hasil usaha Pak Suta sudah sukses, bisa terus untuk mengembangkan usaha kebun sayur Bapak dan Ibu, atau membantu saudara terdekat yang dianggap paling membutuhkan uluran tangan kita untuk mereka.

Pak Suta dan istrinya terperangah kaget dan kagum. Rupanya sungguh dana hibah yang diterima dahulu itu sungguh ikhlas diberikan. Sehingga sang tokoh kita ini dengan setulus hati menyarakan kepada Pak Suta dan istrinya untuk meneruskan bantuan yang dia nilai sendiri kepada siapa saja -- utamanya kerabat atau sahabat dekat -- yang dia anggap sangat memerlukan bantuan dan uluran tangan kita. 

Lain lagi dengan cerita Ibu Sri yang membuka usaha warung kelontong  untuk melayani kebutuhan rumah tangga sejumlah tetangganya yang juga terbilang miskin. Semua kebutuhan pokok, boleh diambil lebih dahulu untuk kemudian dibayar kemudian. Tata kelola warung kelontong Ibu Sri bersama suaminya ini mendapat respon positif dari warga masyarakat setempat. Apalagi kemudian dia memberi kesempatan untuk seluruh warga memasok beragam macam kebutuhan warga, seperti kue dan minuman segar yang sehat hingga hasil bumi dari kebun mereka sendiri yang ada di belakang rumah.

Sebagai motivator yang cukup piawai, Ibu Sri dan suaminya memberi kesempatan kepada semua warga sekitarnya untuk ikut mengembangkan usaha rumah tangga. Termasuk lauk pauk yang khas dari warga  kampung setempat. Realitasnya usaha Ibu Sri dan suaminya ini sungguh berkembang pesat. Sebab sistem barter pun dia lakukan dengan cara suka rela tetap dengan tata kelola koperasi.

Sang pemberi dana hibah itu pun terkagum takjub menyaksikan buah dari keikhlasan dirinya menuai banyak kebaikan tidak hanya dalam wujud materi, tetapi juga kerukunan warga masyarakat yang guyub telah melahirkan beragam bentuk usaha rumah tangga yang menggembirakan hati. Setidaknya, dia pun semakin percaya bahwa kebahagiaan itu tidak cuma dalam bentuk kepemilikan harta benda yang cukup atau berlimpah,  tetapi kerukunan dan gairah kehidupan yang hidup sungguh memiliki dan memberi makna tersendiri bagi dirinya sebelum mati.

Cibinong, 2 Agustus 2024

Posting Komentar untuk "Jacob Ereste : *Memaknai Hidup dan Kehidupan Sebelum Mati* "