Jacob Ereste : *Kecerdasan Intelektual Harus Dibacking Habis Oleh Kecerdasan Spiritual*
Swara Ham Indonesia News,Com
Ilmu itu dibangun oleh otak, sedangkan pengetahuan itu diasuh oleh spiritual yang bersemayam di dalam batin. Dan spiritualitas itu pun dijaga oleh etika, moral dan akhlak mulia dengan hati yang teduh. Sementara ilmu terus resah dan gundah untuk terus menemukan suatu cara guna menghasilkan hal-hal yang baru untuk lebih mendapatkan keuntungan, baik secara finansial atau material. Sedangkan spiritual hanya mendambakan hal -hal yang bersifat sakral non material.
Begitulah watak bawaan ilmu apapun namanya yang spesial melekat bersama tabiat bawaan yang disandangnya. Mulai dari ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi serta ilmu budaya sampai ilmu falak dan ilmu santet sekalipun. Tetapi pengetahuan yang jauh lebih luas memiliki wilayah jelajah, sekaligus mampu untuk menunjukkan banyak hal yang tak mampu dijangkau oleh ilmu yang kemampuannya memang serba terbatas.
Kemampuan ilmu yang tertinggi sekalipun, tidak mampu menggapai langit serta segenap misterinya yang ada, termasuk keajaiban di dunia yang cuma dimiliki oleh kekuasaan Yang Maha Pencipta. Sementara pengetahuan cukup bersandar pada keyakinan dan kepercayaan semata, semua bisa dipahami tanpa kerisauan.
Dalam konteks inilah kebahagiaan dan kedamaian dapat diperoleh manusia lebih dari cukup hanya melalui pengetahuan. Sementara ilmu terus menerus resah dan gelisah, karena pongah menggunakan otak, bukan mata hati -- atau mata batin -- yang mampu jauh menerawang sampai ke langit yang diyakini memiliki tujuh lapis itu.
Jadi jalan terang dari route spiritual yang cukup dapat dipandu oleh pengetahuan atas keyakinan yang dapat dinikmati sambil memandang panorama indah kehidupan yang tidak tergantung pada bergelimang harta maupun kekuasaan yang telah membius banyak orang hingga lupa daratan -- lupa diri -- dan melupakan bahwa di atas kekuasaan masih ada Yang Maha Kuasa.
Dalam kecerdasan intelektual yang semata-mata mengandalkan kepongahan otak -- tanpa batin -- sudah terlalu banyak yang membuat manusia jadi keblinger, terjebak dalam perilaku korup dan culas, bahkan hipokrit dan khianat hanya untuk sekedar melampiaskan birahi yang tidak manusiawi, tak ubah seperti hewan dan dajjal.
Hasil teknologi tinggi -- high tech -- setidaknya membuat pelayanan mulai dilakukan secara swalayan, mulai dari pekerjaan sehari-hari seperti pemesanan makanan dan membayar rekening listrik. Bahkan berkendaraan tanpa sopir.
Konon cerita tentang high tech yang bakal dibuat untuk masa depan adalah pasukan tentara robot untuk perang berikut senjata laser dalam bentuk berkas cahaya yang memiliki daya penghancur dengan laju kecepatan diatas cahaya, 300 juta meter per detik.
Artinya, hakikat manusia sebagai khalifah -- wakil Tuhan di bumi -- harus terus disemai dan dipelihara di dalam taman spiritual yang terpupuk hingga memetiknya bunga-bunga harum semerbak dan indah untuk dinikmati sebagai bagian dari kebahagiaan diantara gemuruhnya artificial intelligence yang harus diterima dalam kegembiraan tidak cuma untuk diri sendiri. Sebab mantra yang tersurat bahwa makhluk yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah siapa saja yang mampu dan mau menebarkan kebaikan kepada sesamanya -- kepada orang lain -- tanpa perduli bagi siapapun dan dari manapun asal usul dan latar belakang agama orang yang bersangkutan, bahwa semangat hablum minallah hablum minannas dapat menjadi pegangan semua orang. Persis seperti gairah memahami hakikat dari rahmatan lil alamin yang juga bersifat universal itu.
Artinya, hanya dengan dasar kesadaran dan pemahaman serta implementasi dari kecerdasan spiritual, manusia mampu menjaga harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu, jangan pernah lalai memberi perhatian terhadap proses pendidikan anak, cucu maupun adik serta anggota keluarga lainnya yang tengah menempuh pendidikan di sekolah formal -- termasuk universitas-- agar tetap mengedepankan pemahaman dan pendalaman terhadap budi pekerti, sopan santun, tata krama, adat istiadat serta budaya leluhur yang luhur, yang patut dan pantas untuk terus meningkatkan kualitas etika, keteguhan moral dan keutamaan akhlak mulia agar tetap bermartabat sebagai manusia.
Kondisi krisis yang kritis dari bagi manusia pada paska revolusi teknologi four point zero hari ini adalah tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan yang semakin dalam tersurut -- tersublimasi-- pada artificial intelligence yang tak mungkin dihindari, namun harus disikapi dengan cara yang bijak membangun pertahanan diri dengan benteng kecerdasan spiritual yang tangguh. Bila tidak, maka arus deras dari gerusan revolusi teknologi akan menenggelamkan kemanusiaan manusia. Tidak hanya menjadi robot, tapi juah lebih rendah karena sisa nafsu birahi yang tidak terkendali akan menjadi jauh lebih keji dan biadab, akibat dari kekosongan batin -- ruh dan jiwa -- yang kering dan meranggas.
Banten, 22 Juni 2024
Posting Komentar untuk "Jacob Ereste : *Kecerdasan Intelektual Harus Dibacking Habis Oleh Kecerdasan Spiritual*"