🔊 Dalam menjalankan tugas jurnalistik, seluruh wartawan media online Swara HAM Indonesianews.com dibekali dengan Tanda Pengenal. Harap tidak melayani oknum-oknum yang mengatas namakan media online Swara HAM Indonesianews.com tanpa dilengkapi Tanda Pengenal           🔊 Segala tindakan pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh wartawan Swara HAM Indonesianews.com menjadi tanggaungjawab yang bersangkutan

MONCONG PUTIH DAN TULISAN AKSARA BUGIS KARYA SENI OKNUM KEMENTERIAN AGAMA SOPPENG SEMAKIN VIRAL DAN BERLANJUT BERITANYA.

 SWARA HAM INDONESIA NEWS,COM,SOPPENG ,JUMAT TANGGAL 29 Mei 2023.


Permohonan hak jawab Oknum Kepala Kantor Kementerian Agama Soppeng tentang judul berita " KELELAWAR BERMONCONG PUTIH DENGAN TULISAN BUGIS" SOPE SOPE" MENUAI KERITIK DARI PEGIAT BUDAYA DAN MASYARAKAT LUAS DI SOPPENG SULAWESI SELATAN" BERIKUT BERITANYA, KEMUDIAN  MENYUSUL HAK JAWAB "APDAL S.Ag.M,M cs" berita tgl 17 Mei 2023 di bawah ini.

Dengan Tulisan Bugis “SOPE SOPE” Menuai Kritik dari Pegiat Budaya dan Masyarakat Luas di Soppeng Sulawesi Selatan.

Mencermati sebuah cetakan ala Batik bergambarkan seekor Kalong yang disebut Kelelawar dengan kepala kalong bermoncong putih yang mirip banteng bermoncong putih di tambah lagi dengan tulisan aksara bugis SO terpisah dengan PE sehingga kalangan pembaca menyebutnya Sope- sope berulang kali dengan artian bahasa Indonesianya “ Robek-robek” .Oleh produk kain batik berwarna merah hitam dan bercak putih itu yang sudah ratusan lembar beredar dikalangan ASN dan honorernya Kementerian Agama Soppeng ternyata mendapat sorotan.Betapa tidak   baju persatuan  ASN ciptaan oknum Depag, bertentangan  sejarah dan kisah mitos kehadiran kalong sebagai referensi kedaerahan dan kearifan lokal wilayah Latemmamala Soppeng.Kalong yang setia bergelantungan terbalik di pepohonan menyiratkan pesan bahwa meski sulit apapun,seorang pemimpin harus mendahulukan kepentingan rakyatnya dan ini berlaku untuk semua kalangan baik dilingkungan keluarga ,dimana seorang ayah atau ibu mendahulukan kepentingan anak anaknya agar terhindar dari kesenjangan perhatian dan salah asuhan.

Bincang- bincang Pimpinan Umum Swarahamindonesianews.com dengan Kepala Kantor Kementerian  Agama Soppeng Apdal,S.Ag.M.M diruang kerjanya sehubungan baju kesatuan bertuliskan ala batik dengan dasar warna merah bercak hitam dan putih bertuliskan aksara bugis SO dan PE.

Ketika ditanya, dengan baju kesatuan ASN/Honor Jajaran Kementerian Agama Soppeng, ini digagas oleh siapa, mengapa memilih warna merah, dan kepala kalong bermoncong putih serta tulisan aksara bugis dengan huruf SO terpisah dengan PE sehingga terbaca sope-sope dalam artian robek-robek. Secara keseluruhan lukisan dalam batik ini mendapat tanggapan bervariasi dari publik atas kreasi-kreasi penciptanya yang berlebihan sehingga diartikan oleh beberapa pegiat budaya kalau sejarah Kalong Soppeng di Bumi Latemmamala ini, di "hina"sejarahnya, apalagi adanya tulisan sope-sope berarti robek-robek, “apa Soppeng ini sudah robek-robek ?”.kesal pembaca.

Dengan rangkaian pertanyaan itu ,Kementrian Agama Soppeng tampil yakin  kalau pihaknya tidak punya niat macam macam menjelaskan ,bahwa semula rencana baju kesatuan dirancang bersama oleh jajarannya lalu dicermati dikoreksi dan dianggap klier tidak ada masalah, maka dirinyalah pencetus finishnya untuk dicetak di Surabaya Jawa Timur. Berikut keterangannya lagi, kalau soal warna yang ia pilih sesuai RAB dari atasan yang bertemakan kearifan lokal dengan sedikit nada tinggi menyatakan warna itu milik semua orang, warna merah tidak identik milik seseorang atau kelompok, ditambahkan pula, sebelumnya pernah ada warna kuning dan Biru dan kini yg baru  warna merah.

SHI pertanyakan, mengapa kepala kalong itu pakai bercak putih bukan bercak hitam,justru jadinya kepala kalong moncong putih , beliau artikan “melengkapi warna merah menjadi merah putih” tidak ada hubungannya Partai terkait yang moncong putih, tuturnya mengelak.

Masih dikatakannya tulisan itu sesuai niat dan perbuatan dengan aksara bugis menyebut Soppeng bukanlah  bertujuan lain katanya, walau pegiat budaya membacanya sope-sope (robek-robek) karena huruf SO dan PE terpisah dan berkali-kali mengelilingi pinggiran bagian bawa kain batik tersebut.

Sumber dari seorang Doktor pemerhati budaya dan aksara tulisan huruf bugis menilai lembaran kain batik milik Depag itu, bisa saja tujuan semula dan niatnya baik, namun karena kreasi yang berlebihan sehingga menimbulkan beraneka ragam pendapat  yang tidak menyenangkan banyak orang .Sebenarnya sebelum  mengambil kearifan lokal dengan gambar kalong dan tulisan aksara bugis setidaknya pihak terkait meminta pandangan dengan pihak yang membidangi kearifan lokal dan budaya, baru mengambil keputusan.

Lambang Soppeng saja  tidak segampang membalik telapak tangan bahkan bolak balik di musyawarahkan baru lahir seperti apa adanya sekarang.

Masih dari sumber yang sama melihat adanya kepala kalong bermoncong putih itu pertanda “ para pencetusnya tidak membaca sejarah mitos dan mistik kalong yang ada di Soppeng, begitu pula huruf bugis yang semula tujuannya menyebut Soppeng menjadi bacaan banyak orang berbeda-beda karena kreasi yang berlebihan sope (robek) apa soppeng ini “robek” dengan nada tanya.Sebaiknya baju kesatuan ini dengan tulisan "Arab" yg seirama dg instansinya,diakhir komentarnya.

Sumber dari pihak kepolisian maupun TNI siap terjunkan personilnya untuk monitoring lembaran batik yang berlogokan kalong moncong putih dengan tulisan huruf aksara bugis yang di kritisi oleh pegiat budaya dan masyarakat luas, prodak ini berpotensi menimbulkan masalah,apalagi sudah masuk tahun politik pungkasnya, sumber lain dari panatik mitos mistik kalong Soppeng meminta kiranya  buatan oknum Depag itu ditarik karena menurutnya sangat khawatir “RAJA SIRA” sang raja kalong itu “murka kepada warga Latemmamala”.

Ironis memang ketika wartawan pertanyakan produk batik baju kesatuan ASN Depag Soppeng di ruang tamu kepala bidang,tiada satupun yang berani memberikan komentar atau tanggapan selain mengakui harga kain itu sebanyak Rp. 260.000,- per lembar untuk 500 (lima ratus)  lembar belum termasuk upah jahit bahkan diantara mereka ada yg tidak berani memakai baju kesatuan tersebut yg tengah mendapat sorotan tajam itu.

Akhirnya kesimpulan bincang-bincang dengan Apdal,S.Ag.M.M Kepala Kantor Kementerian Agama Soppeng akan menghadap Bupati dan meminta maaf untuk klarifikasi produk buatannya.Ia  juga membeberkan  kepada wartawan akan hentikan peredaran kain batik itu dan hendak memperbaiki tulisan aksara bugis dengan betul, kecuali perbaikan titik putih yang ada di moncong kalong itu akan dibicarakan kemudian, pungkasnya. (SHI)


LANJUTAN BERITA DIATAS DAN SETERUSNYA HAK JAWAB "APDAL S.Ag.M.M .

Berita tersebut diatas dalam waktu satu kali 24 jam terakhir ini,sudah ribuan yg membacanya bahkan semakin mendapat sorotan dan kritikan hasil karya seni oknum oknum "Kementerian Agama Soppeng"itu. Nara sumber SHI ada yg kritik gambar kelelawar alias kalong yang memakai casing warna kombinasi merah,hitam dan putih,bahkan yang tersorot kepala kalong MONCONG Putih Yang sepertinya mirip kepala banteng putih milik "Partai PDI"dikuatkan dengan dominasi warna dasar merah.Sisi lain tulisan Aksara Bugis dengan huruf So secara terpisah dengan Pe,bagi org yg berwawasan dan memiliki daya pikir yg baik,dengan adanya gambar kalong diiringi tulisan Aksara Bugis, udah bisa menebak kalau bacaannya adalah Soppeng ujar Nara sumber SHI.Sebaliknya kebanyakan orang awam justru bisa MULTI TAFSIR cara membacanya. .Salah satu sumber SHI langsung membaca  "SOPE SOPE"(robek robek) dan bolak balik DIBACANYA "PESO PESO"(lumpuh lumpuh) dengan nada emosi dan kesal  kalau karya seni ini diduga keras"Menghina wilayah kerajaan Latemmamala"dan bertentangan motto "YASSISOPPENGI" ucapnya dengan mata berkaca kaca pertanda murka.

Kemudian hak jawab yang dibuat oknum "A" dengan naskahnya lewat WA sempat dibaca oleh beberapa orang sebelum di ekspos, juga mendapat tanggapan beragam dari netizen antara lain ; Menurutnya isi relis itu, hanya membuat  pembenaran karya seninya sendiri .Justru terkesan pemilik hak jawab ini "tidak konsisten atas kata katanya sendiri"saat bincang bincang diakhir pemberitaan tgl 17/05/2033 mengaku akan hentikan peredaran dan memperbaiki cetakan huruf aksara lontara Bugis itu,nyatanya kini malah bersih kukuh akan tetap memakai baju etniknya itu untuk segenap jajarannya termasuk pegawai honorer yang ada,ini namanya "tidak konsisten".

Yang jelas apa yg dituangkan dalam hal jawab itu sebenarnya sudah terjawab dalam pemberitaan, tanpa menjaga perasaan para pegiat budaya di Soppeng.

Mengenai warna  sebagai simbol dan corak kultur budaya serta tulisan aksara lontara Bugis menurut pakar dan ahlinya Prof.DR.Muhlis Hadrawi melalui telpon selulernya kepada Andi Baso Petta Karaeng bahwa terkait kultur warna sebagai simbol disoppeng tidak dikenal dengan warna merah atau warna apapun melainkan warna emas tersebut kuning sebagai payung Datu di Soppeng pada zaman kerajaan dulu yang kini tersohor dengan sebutan bola ridie ( rumah kuning) Begitu pula huruf aksara lontara Bugis sebaiknya tidak dipisah pisah hurufnya karena bisa menimbulkan multi tafsir antara lain So terpisah dengan huruf Pe ,bisa saja dibaca "Soppeng" bagi org yg punya skill,dan bisa terbaca Sope (robek) atau sebaliknya peso (lumpuh) yg kemungkinan ia mengundang hal yg tidak diinginkan.

Terkait Kreasi gambar kelelawar yg juga disebut Kalong dengan variasi warna dasar merah,hitam dan putih,Beliau mengakui kalau tidak ada seorangpun bisa mengendalikan imajinasi seseorang ,namun sebaiknya memperhatikan naturalisme alamiah "kalong" itu sendiri dengan warna aslinya yg hitam dan kecoklatan  untuk mencegah multi dimensi dan multi tafsir yang pada akhirnya ada kemungkinan  mengundang kegaduhan publik mengakhiri keterangannya via telpon seluler.Sumber dari Personil Balai Pelestarian Kebudayaan Soppeng menyayangkan oknum Kementerian Agama Soppeng menciptakan suatu gambaran "Kalong"yg tidak umum dan tidak rasional sekaligus "mencederai perasaan para pegiat Budaya Soppeng".Sebaiknya ditarik peredarannya demi kedamaian pada tahun politik ini ujarnya.

Memang hasil karya seni ala oknum tertentu "Kementerian Agama Soppeng" beragam tudingan miring yang muncul termasuk kalangan pewarta .Ada yang  pertanyakan Bisnis Bajunya dg harga lumayan Rp 260.000  perlembar yg konon kainnya "luntur ",Ada yang pertanyakan siapa   pihak ketiganya yg garap usaha batik itu di Surabaya dengan modal ratusan juta ini,hingga honorer yg memakainya pun mengeluh. Dan ada pula mencelah tulisan yg tidak ada maknanya dll.Berita Bersambung (SHI)



HAK JAWAB TERBITAN 17 MEI 2023.
OLEH APDAL S.Ag,M.M CS.

Sebelum mencetak baju tersebut kepada teman teman di kemenag sy diskusikan soal disainnya antara lain :

1. Soal warna,krn tahun tahun sebelumnya sdh ada dua warna yaitu kuning dan biru dan disepakati kl kali ini berwarna merah dan tahun berikutnya lagi kemungkinan warna hijau dan tdk ada logo instansi,jadi memang tdk satupun org di dunia ini termasuk lembaga apapun itu mengklaim suatu warna tertentu adalah miliknya dan setiap orang berhak menggunakan warna apa saja 

2. Soal kata SOPPENG dlm bhs lontara hal itu sudah benar menurut teman teman setelah diskusi ulang sebab tdk ada ejaan NG dalam kamus lontara,soal tulisan SO dan PENG berpisah dalam desain baju dengan mengikuti lakukan berbentuk gunung itu kan mengikuti gambar gunung krn daerah soppeng daerah berbukit dan gunung dan itu menurut kami adalah sebuah seni agar tampak  indah serta sesuai ukuran hurup dan gambar gunung agar berimbang ukuran besarnya,dan kami anggap ini soal perbedaan  penafsiran,seperti alquran dalam perbandingan mazhab, soal penafsiran,mufassir berbeda beda,jadi kami kira sekali lagi ini penafsiran kami soal tulisan mengikuti gaya seni dan sama sekali tidak ada maksud merusak apa yg sdh diyakini selama ini di kab soppeng terlebih teman yg tiada lain masyarakat soppeng juga yg mendesain baju tersebut sdh menyatakan benar adanya

3. Soal gambar kalong yg bibirnya berwarna putih,krn kami menafsirkan kalau baju tersebut di dominasi warna merah,jadi kami berinisiatif agar baju tersebut terlepas dari nilai seninya agar memeiliki nuansa kebangsaan dan nasionalisme, warna merah kita berikan juga warna putih pada bibir kalong tersebut supaya menjadi inisial bendera merah putih.contoh lain yg bisa kami jadikan referensi dalam soal gambar kalong tersebut adalah karikatur yg biasa dibuat para seniman terhadap tokoh tokoh nasional yg gambar kepalanya lebih besar: daripada badannya

 Jadi kami berkesimpulan bahwa tdk ada satupun dalam baju tersebut melanggar baik dr segi seni, etnik , budaya apalagi ajaran agama

Dan kami tetap akan menggunakan baju tersebut sebagai baju batik etnik dan digunakan setiap hari rabu.

Jadi kl ada yg menafsirkan berbeda dgn kami, sy kira ini soal khilfiyah tdk perlu diributkan dan menurut penafsiran kami sdh sesuai  dgn narasi kami di atas, bahwa perbuatan itu tergantung dari niat sesorang yg melakukannya seperti sabda nabi Muhammad SAW إنما العمال بالنيات " maksud perbuatan itu tergantung dari Niat pelakunya" terima kasih.(relis asli dari APDAL)

Posting Komentar untuk "MONCONG PUTIH DAN TULISAN AKSARA BUGIS KARYA SENI OKNUM KEMENTERIAN AGAMA SOPPENG SEMAKIN VIRAL DAN BERLANJUT BERITANYA."